URGENSI AL-QURAN DALAM
PENGEMBANGAN SAINS &
TEKNOLOGI[1]
Oleh: Drs. Sulaiman Gosalam, MSi.[2]
PENDAHULUAN
Al-Qur’an sebagai kitab suci
umat Islam harus difungsikan dalam kehidupan sehari-hari, agar tidak terjadi
kesenjangan antara norma-norma Al-Qur’an dengan sikap dan tingkah laku kaum
muslimin pada umumnya serta para ilmuwan muslim pada khususnya.
Ilmuwan adalah orang yang
memiliki ilmu berasal dari kata ‘ilmi, menurut makna leksikal Arab berarti
saintisme, saintifik, terpelajar, kesarjanaan dan akademik. Ciri khusus
(karakteristik) seorang ilmuwan adalah:
1.
Bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan selalu menegakkan keadilan, sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran (3) ayat 18:
“Allah
menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, (demikian pula bersaksi) para
malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, bahwa tidak ada Tuhan
selain Dia, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”.
2.
Senantiasa
memperhatikan fenomena alam dan dinamika kehidupannya, serta khusyu, tunduk dan
takut hanya kepada Allah ‘Azza Wa Jalla’ (QS. Fathir (35) ayat 27 dan 28):
“Tidakkah kamu
perhatikan bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit, lalu Kami hasilkan
dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara
gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya
dan ada pula yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia,
binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.
3.
Senantiasa
berdzikir dalam setiap keadaan dan berfikir pada ciptaan Allah SWT di langit
dan di bumi untuk kemaslahatan ummat (mengembangkan Imtaq dan Iptek), sebagaimana
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran (3) ayat 191:
“(yaitu) orang-orang yang
senantiasa mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaa langit dan bumi (seraya berkata): “Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
APA
ITU IPTEK/ SAINTEK?
Ilmu pengetahuan adalah knowledge/ ilmu pengetahuan secara umum,
sedangkan sains adalah ilmu pengetahuan kealaman (natural sciences), yaitu ilmu pengetahuan mengenai alam dengan
segala isinya. Ilmu pengetahuan kealaman, dapat dibagi menjadi ilmu kehidupan (life science), yaitu ilmu pengetahuan
mengenai makhluk hidup di alam, serta ilmu kebendaan (physical sciences), yaitu ilmu pengetahuan mengenai benda mati di
alam. Sedangkan teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan alam untuk
memenuhi suatu tujuan. Selanjutnya, ilmu pengetahuan dapat dirumuskan sebagai
himpunan sebab akibat yang disusun secara sistematis dari pengamatan, percobaan
dan penalaran. Ilmu pengetahuan diawali oleh rasa ingin tahu mengenai kejadian
di sekeliling kita, yang dilanjutkan dengan mempertanyakannya secara tidak
putus-putus dalam rangka memahami kejadian yang belum kita ketahui.
Keingintahuan itu dilaksanakan melalui pengamatan percobaan dan penalaran.
Gejala alam sekitar kita, baik yang hidup seperti manusia, binatang dan
tumbuhan maupun benda mati, seperti batu, gunung, lautan, angin, bintang,
matahari, kita amati untuk memahaminya. Pengamatan tersebut dapat dilakukan
lebih cermat dengan mengadakan pengukuran atau cara pengumpulan data lain.
Apabila gejala tidak ada, untuk mengkajinya dapat ditimbulkan gejala melalui
percobaan. Percobaan bertujuan untuk menimbulkan gejala dalam lingkungan yang
terkendali. Data yang dikumpulkan dari pengamatan dan percobaan selanjutnya
dianalisis dengan metode ilmiah untuk memperoleh kesimpulan yang masuk akal,
yang dapat diterima secara nalar.
Fungsi Al-Quran yang Terkait Dengan Saintek
Ummat Islam meyakini bahwa
agama lslam itu adalah agama Allah yang sempurna. al-Qur’an adalah kitabullah yang
berisi petunjuk dan pedoman yang lengkap untuk memimpin seluruh segi kehidupan
manusia ke arah kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Kita yakini bahwa al-Qur’an juga
mengandung ayat-ayat yang dapat dijadikan pedoman (meskipun hanya secara garis besar)
dalam pengembangan ilmu pengetahuan (sains)
dan teknologi dalam rangka mempertebal keimanan dan meningkatkan kesejahteraan manusia.
Al-Quran sebagai petunjuk/pedoman
hidup manusia, mengajarkan dasar-dasar dan mengarahkan perkembangan Saintek
menuju muaranya yang hakiki. Yaitu yang dapat membawa kemanfaatan dan kemudahan
dalam hidup dan kehidupan manusia serta dapat membawa kepada ketaatan dan
kepatuhannya kepada Kholiknya.
Perkembangan Saintek dewasa
ini sangat cepat. Perkembangan menyangkut kebutuhan manusia sehari-hari, sehingga
perkembangannya membawa perubahan pola hidup manusia dengan cepat pula.
Obyek Ilmu Pengetahuan (Sains)
Semua makhluk merupakan
obyek yang layak untuk diriset. Jumlah makhluk Allah yang tersebar di alam
semesta tidak dapat dihitung. Jika masing-masing makhluk tekandung di dalamnya
ilmu pengetahuan tentang makhluk itu berarti jumIah ilmu pengetahuan juga tak dapat
dihitung.
Jika jumlah ilmu pengetahuan
yang ada sejak dulu sampai sekarang masih dapat dihitung berarti manusia masih
memiliki peluang yang sangar besar untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru
sebanyak makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Demikian pula karena teknologi
bersifat selalu mengiringi dan mengimbangi terhadap ilmu pengetahuan, maka
jumlah teknologi yang perlu ada juga tak dapat dihitung.
Al-Quran Sebagai Wujud Produk Saintek Allah SWT
Al-Quran merupakan produk Saintek
Allah yang diturunkan kepada manusia untuk menuntun manusia akan jalur-jalur
riset yang perlu ditempuh, sehingga manusia memperoleh hasil yang benar. Di
sini fungsi al-Quran sebagai hudan
memberikan kecerahan pada akal manusia, sehingga manusia merasa lapang di hadapan
Allah yang Maha Luas. Kebenaran hasil riset ini dapat diukur dari kesesuaian
antara akal dengan naql. Kerja akal yang sesuai dengan naql ini dapat
dikategorikan sebagai ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus turut mengisi
definisi ijtihad dalam arti umum yang memiliki nilai yang sangat besar sebagaimana
yang dikatakan oleh Ali R.A.
“Berpikir satu saat lebih baik daripada beribadah selama 1
tahun”.
Oleh sebab itu, usaha terus
menerus untuk mengkaji al-Quran perlu dilakukan dan bahkan hukumnya menjadi fardlu
'ain bagi setiap ilmuwan yang akan meriset terhadap alam semesta, menciptakan
produk teknologi merupakan hasil kerja dari orang-orang yang taat kepada tata
tertib al-Quran. Al-Quran juga merupakan sumber permasalahan yang layak untuk
diriset. Yang dimaksud di sini bukan al-Qurannya itu sendiri yang diriset,
namun permasalahan riset dapat saja muncul setelah orang membaca dan mengkaji al-Quran.
Metode ini termasuk jenis induktif. Selain itu Islam juga mempersilakan kepada
para periset untuk menggunakan metode deduktif (yang sesungguhnya dalam ayat lain
hal ini termasuk juga pada deduksi al-Quran). Oleh sebab itu jika periset
merupakan orang yang beriman maka tidak ada masalah untuk menggunakan metode
riset, apakah itu induktif atau deduktif.
Di atas dijelaskan bahwa
al-Quran merupakan karya Allah. Saintek ini dalam tingkatannya dapat
dikategorikan sebagai teknologi tingkat I. Teknologi yang diciptakan manusia
beriman merupakan derivasi dari teknologi pertama dan disebut sebagai teknologi
tingkat II. Ilmuwan tidak beriman menciptakan alat teknologi, dan
menempatkannya dalam urutan teknologi tingkat I. Ini merupakan kekeliruan karena
akan memberikan akibat lain pada model ilmuwan. Orang yang tak beriman akan
mengagungkan teknologi, bersikap arogan dan jika diteruskan akan bermuara
kepada penuhanan kepada diri sendiri. Jelaslah bahwa hasil teknologi yang
demikian itu tidak dapat dimasukkan dalam wilayah ibadah kepada Allah swT. Firman Allah dalam surat al-A'raf
(7) ayat 146:
“Aku
akan memalingkan orang-orang yang memalingkan diri di muka bumi tanpa alasan
yang benar dari ayat-ayat-Ku”.
Berikut ini beberapa
integrasi ayat-ayat al-Quran dalam ilmu Sains dan Teknologi:
1. Ilmu sains dan teknologi dimulai dengan pengembangan Budaya Baca (“Iqra”), kajilah Kitab Bacaan “al-Quran” surah al-Alaq (96): 1-5
2. Al-Quran diturunkan untuk menjelaskan segala sesuatu (secara global),
kajilah QS. ................ (Tibyanu li kulli
syain)
3. Penciptaan langit dan bumi tidak main-main/ sia-sia, ada hikmah di antara
keduanya, kajilah QS. 21:16, 38:27, 3:190-191.
4. Perintah mengadakan penelitian/mengamati apa yang ada di langit dan di
bumi, kajilah QS. Yunus (10):101.
5. Ekosistem alam rusak akibat perbuatan manusia QS. 30:40, ada yang
membantah tentang (keesaan) Allah QS. 31:20.
6. Al-Quran mendorong saintis dan teknokrat untuk meneliti, mengamati dan
menemukan suatu yang belum pernah ditemukan para ahli sebelumnya, QS. 18:109,
50:6.
7. Fisika: QS. 13:12, 10:5 kilat, cahaya, sinar dan hisab
8. Perkapalan: QS. 17:66-67; 42:32-34; 45:12
9. Kelautan QS. 55:19-20; 25:53; 10:22; 38:37; 52:6; 35:12; 24:40; 82:3;
81:6
10. Awan/ meteorologi& geofisika QS. 2:164
11. Geografi/geologi QS. 13:3; 21:31; 74:17; 88:19-20; 27:88
12. Luar angkasa QS. 55:33; 71:15; 6:125.
13. Teori Big Bang QS. 21:30
14. Teori Atom QS. 10:61
15. Embriologi QS. 23:14; 39:6; 52:6
16. Biologi Laut: -Bangkainya pun halal QS. 5:96, -Ikan QS. 20:77
17. Orang yang berilmu dapat memahami perumpamaan-perumpamaan dari Allah QS.
29:43.
18. Astrologi QS. 15:16-18; 85:1; 86:3; 6:97
19. Pertanian QS. 7:57; 87:2-5; 6:59
20. Gravitasi QS. 22:65
21. Perikanan QS. 16:14
22. Pengairan QS. 67:30; 23:18
23. Farmasi/obat-obatan QS. 16:68-69
24. Peternakan QS. 16:66; 24:45
25. Penciptaan langit tujuh lapis dan seimbang QS. 67:3-4
26. Penciptaan segala sesuatu dan pertumbuhannya dengan ukuran-ukuran yang
tepat QS. 25:2; 15:19
27. Setelah mempelajari/ mendapatkan ilmu, mengucapkan “AlhamdulilLah” QS.
27:15
Mengkaji Saintek Adalah Mengaji
Jika mendengar istilah
mengaji maka akan terbayang oleh kita adanya banyak anak-anak kecil yang setiap
hari pergi ke seorang ustadz, membaca Al-Quran atau belajar ilmu-ilmu agama di
hadapannya dalam suasana yang menyejukkan, dan membawa kerinduan untuk dapat
melaksanakannya secara kontinyu. Anak-anak selalu taat kepada ustadznya dan
sampai besar anak-anak ini akan selalu mengenangnya.
Al-Quran merupakan
representasi (wakilan) dari alam semesata beserta isinya. Jika orang membaca
al-Quran secara tekstual saja telah dikategorikan mengaji, maka membaca
al-Quran secara kontekstual dengan cara mempelajari kandungan-kandungan
al-Quran, yang ditopang dengan beberapa literatur pendukung dan ditinjau dari
beberapa disiplin ilmu, adalah suatu hal yang lebih layak bahwa demikian itu
disebut pula sebagai mengaji. Oleh karena itu, baginya berhak memperoleh pahala
dari Allah. Demikian pula bagi orang yang menerjemahkan ilmu pengetahuan itu ke
dalam produk teknologi atau membuat karya nyata, maka ia telah melakukan amal
shaleh dan baginya berhak memperoleh pahala dari Allah SWT, sebagaimana
firman-Nya dalam surat al-Zalzalah (99) ayat 7:
“Barang siapa
mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, maka dia akan melihatnya”.
Teknologi dalam Islam bukan tujuan, tetapi sebagai
alat yang digunakan untuk meneropong terhadap ayat-ayat Allah. Semakin maju
teknologi, semakin banyak informasi yang diperoleh.
Penemuan-penemuan baru akan
semakin membantu kepada orang Islam untuk lebih mudah mengagungkan Allah
sehingga baginya benar-benar bahwa Allah itu Maha Besar dan sebaliknya manusia
merupakan makhluk yang amat kecil. Dengan demikian, diharapkan akan semakin
memperbesar peran manusia sebagai khalifah Allah di permukaan bumi yakni
memakmurkan bumi dan mengusahakan kesejahteraan bagi segenap penghuni bumi. Hasil
riset yang demikian ini akan melampaui hasil riset yang tidak mendasarkan pada
filosofi mengaji.
Landasan Filosofi Dalam Saintek
Dari sisi ilmu pengetahuan,
maka al-Quran merupakan peletak landasan filosofi manusia dalam memandang dan memahami
alam semesta. AI-Quran merupakan rumus (formula) baku dan alam semesta dengan
segala perubahannya merupakan persoalan yang layak dan perlu dijawab.
Al-Quran merupakan kamus
alam semesta. Solusi tentang teka-teki alam semesta akan terselesaikan dengan
benar jika digunakan formula yang tepat yaitu al-Quran. Dengan demikian ayat-ayat
kauniyah dan ayat-ayat quraniyah akan berjalan secara pararel dan seimbang.
Ilmu pengetahuan seperti ini jika menjelma menjadi teknologi maka akan menjadikan
teknologi itu berbasiskan al-Quran atau teknologi yang quranik. Metode seperti
ini disebut induksi al- Quran.
Pada kondisi yang lain,
tidak menutup kemungkinan bahwa dengan melalui proses deduksi yaitu pengamatan terhadap
alam semesta, maka akan dihasilkan kesimpulan yang mengarah kebenaran al-Quran.
Banyak ayat-ayat al-Quran
yang menyinggung rentang pengembangan Iptek. seperti wahyu pertama menyuruh manusia
untuk membaca, menulis, melakukan penelitian dengan dilandasi iman dan akhlak
yang mulia.
Selanjutnya mengenai
perintah untuk melakukan penelitian (suatu kegiatan yang sangat penting di
dalam pengembangan sains), secara umum dapat dilihat antara Iain dalam
firman-Nya pada surat Yunus, ayat 101:
Katakanlah
Muhammad: Lakukanlah nazhor (penelitian menggunakan metode ilmiah). Mengenai
apa-apa yang ada di langit dan di bumi.
Sedangkan yang lebih rinci
dibaca dalam surar al-Ghosyiyah, ayat 17-20:
Apakah mereka
tidak memperhatikan (melakukan nazhor) onta, bagaimana ia diciptakan. Dan di
langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung, bagaimana ia ditancapkan. Dan
bumi, bagaimana ia dihamparkan.
Menurut Prof. A. Baiquni
dengan diikutinya perintah dan petunjuk al-Quran ini, maka muncullah di
lingkungan ummat Islam suatu kegiatan observasional yang disertai dengan
pengukuran sehingga ilmu tidak lagi bersifat kontemplatif belaka, seperti yang
berkembang di lingkungan bangsa Yunani melainkan mempunyai ciri empiris
sehingga tersusunlah dasar-dasar sains. Penerapan metode ilmiah ini, yang
terdiri atas pengukuran teliti pada observasi dan penggunaan pertimbangan yang
rasional, telah mengubah astrologi menjadi astonomi. Karena itu telah menjadi
kebiasaan para pakar untuk menulis hasil penelitiannya dan menguji penelitian
orang lain, sehingga tersusunlah himpunan rasionalitas kolektif insani yang
dikenal sebagai sains (ilmu pengetahuan).
Beberapa contoh lain
ayat-ayat yang berkenaan dengan sains, seperti pada surat Yasin, ayat 36 :
Maha suci Allah
yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari pada yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari apa yang tidak
(belum) mereka ketahui.
Dari surah Yasin ini
dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk-Nya secara berpasang-pasangan, seperti
ada siang dan malam (QS. Ali Imran: 190), positif dan negatif, wanita dan pria
sampai pada makhluk elementer seperti elektron yang bermuatan negatif, dan
positron yang bermuatan positif. Terjadinya pasangan elektron dan positron,
yang di dalam fisika inti dikenal dengan pembentukan pasangan ion (ion pair production) di mana peristiwa
ini diterangkan apabila radiasi gelombang elektron magnetik yang mempunyai
tenaga di atas atau sama dengan 1.02 Mev mendekati inti atom suatu materi, maka
tiba-tiba radiasi tersebut lenyap dan kemudian muncullah elektron dan positron
yang berhenti atau bergerak dengan kecepatan yang besarnya tergantung dari
tenaga radiasi yang datang mendekati inti atom tersebut. Akhir dari ayat ini
berbunyi :
Dan
dari apa yang mereka belum ketahui,
Dapat diartikan sebagai
perintah untuk melakukan penelitian, karena dengan melakukan penelitian hal-hal
yang tadinya belum terungkap menjadi terungkap.
Mengenai ciptaan yang
berpasang-pasang ini juga dapat dilihat pada surat adz-Dzariyat, ayat 49:
Dan dari segala
sesuatu Kami (Allah) ciptakan berpasang-pasangan agar supaya kamu ingat (akan
kekuasaan dan kebenaran AIIah).
Kemudian dalam surat
al-Mulk, ayat 3 dan 4, Allah berfirman:
(Allah) yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-Iapis. Kamu sekali-kali tidak akan
melihat pada ciptaan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka
ulangilah pandangan-mu adalah kamu melihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian
pandanglah sekali lagi niscaya penglihatan-mu akan kembali kepada-mu dengan tidak
menemukan sesuatu yang cacat dan penglihatan-mu itupun dalam keadaan payah.
Di dalam kedua ayat ini dan
hukum-hukum yang diletakkannya dan yang dikenal dengan sunnatullah itu. Di situ
dapat disimpulkan bahwa alam semesta ini sangat kokoh, teratur rapi dan
harmonis serta seimbang.
Orang yang menguasai Iptek
akan dengan mudah memahami bahwa benda-benda langit tersebut saling bergerak. Isaac
Newton dan Kepler, yang bukan Muslim, yang justru mengemukakan orang dengan
mudah memahami dan menerangkan sunnatullah ini. Dengan kemurahan-Nya, Allah
berjanji tidak akan mengubah-ubah sunnatullah tersebut dengan Firman-Nya:
Sebagai
sunnatullah yang telah berlalu semenjak dahulu kala, kamu sekali-kali tidak akan
mendapatkan perubahan bagi sunnatullah itu. (QS. al-Ahzab: 62)
Dengan sunnatullah yang
tidak berubah-ubah itu maka memberi kesempatan dan kemudahan bagi manusia untuk
mempelajari dan memanfaatkannya.
Tentang benda-benda langit
yang selalu bergerak akan membawa pada suatu teori jagad raya yang berkembang (Expanding Universe). Allah berfirman
dalam surat adz-Dzariat, ayat 47:
Dan langit itu
Kami (Allah) bangun dengan kekuatan dan sungguh Kami (Allah) mengembangkannya.
Kemudian dalam surat
al-Hijr, ayat 16, Allah berfirman:
Dan sungguh telah
Kami (AIIah ciptakan di langit galaksi-galaksi, dan Kami (Allah) hiasi langit
tersebut bagi orang yang memandangnya (melakukan nazhor).
Di jagad raya ini berisi
bermilyar-milyar galaksi. Orang menemukan angka 100 milyar galaksi, dan
masing-masing galaksi berisi 100 milyar bintang (matahari kita merupakan satu
dari 100 milyar bintang tersebut). Bila diamati dengan teleskop yang paling
mutakhir, galaksi-galaksi tersebut bergerak saling menjauhi satu sama lain
dengan kecepatan yang tinggi. Makin jauh dari bumi, galaksi tersebut bergerak dengan
kecepatan yang makin tinggi pula.
Kemudian dalam surat
al-Baqarah, ayat 74, Allah berfirman:
Dan diantaranya
(batu tersebut) ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah.
Di sini takut kepada AIIah
dapat diartikan sebagai tunduk kepada hukum-hukum Allah atau sunnatullah. Ayat
ini mirip dengan ayat Kauniyah yang dialami oleh Isacc Newton pada abad ke-I7
yaitu ketika Newton kejatuhan buah apel waktu duduk di bawah pohon apel. Newton
berpikir mengapa buah apel ini meluncur ke bawah, tidak ke samping atau ke
atas. Dari berpikirnya itu kemudian diketemukan hukum gravitasi yang menyebabkan
semua benda di bumi ini memiliki berat. Karena yang menemukan hukum gravitasi
ini adalah Newton, maka sebagai penghormatan, hukum gravitasi ini dinamakan “Hukum
Gravitasi Newton”.
Al-Quran Sebagai Prediktor
Beberapa ayat al-Quran
menyatakan ramalannya kejadian pada masa yang akan datang baik masa yang jauh maupun
masa yang dekat, yang sebagian besar merupakan mata rantai sebab akibat (kausalitas).
Oleh sebab itu jika sebab ini yang merupakan data-data dapat dirunut oleh manusia
secara komprehensif, maka akibat yang ditimbulkan kelak akan dapat diketahui
sebelum terjadi dengan intensitas keyakinan yang cukup tinggi. Berbeda dengan
keyakinan yang dimiliki oleh orang awam yang tidak disertai dengan data-data.
Dari sini, manusia dapat menghindarkan diri dari akibat, jika rentetan sebab
itu mengarah kepada akibat jelek dan menyongsong akibat rentetan sebab itu
mengarah kepada akibat yang baik. Jika akibat terjadi pada masa yang dekat dari
sebab, maka disebut ekstrapolasi. Bila terjadi pada masa yang jauh dari sebab,
maka disebut prediksi, sebagai contoh:
a.
Kerusakan
di muka bumi terjadi akibat ulah manusia. (Surat ar-Rum 30: 41)
b.
Kisah Nabi
Yusuf menganjurkan kepada kaumnya untuk menanam jagung dalam masa 7 tahun
sebagai cadangan pada masa paceklik. (Surat Yusuf 12: 47 -48).
c.
Surga
sebagai balasan bagi orang yang beramal saleh dan neraka merupakan balasan bagi
orang yang beramal jahat. (Surat al-Bayyinah 98: 6, 8)
Al-Quran Sebagai Sumber Motivasi
Al-Quran mendorong kepada
manusia untuk melakukan penjelajahan angkasa luar dan di bumi.
Di dalam surat ar-Rahman,
ayat 33, Allah berfirman:
Wahai sekumpulan Jin dan manusia apabila kamu ingin menembus
langit dan bumi maka tembuslah dan kamu tidak mampu menembusnya kecuali dengan
sulthon.
Sahirul Alim memberikan
gambaran tentang sulthon ini, yaitu ketika USA meluncurkan Apollo II untuk mendarat
di bulan, sebagai berikut: Roket pengangkat dari bumi diberi nama Saturnus V,
bertingkat tiga booster yang besar. Tingkat pertamanya saja mempunyai 5 mesin
yang bekerja dengan 160 juta daya kuda selama 2 menit 40 detik. Apollo II secara
keseluruhan mempunyai 8 juta onderdil kerja, 91 mesin dan jika diisi dengan
bahan bakar akan mencapai berat 3.100 ton. Apollo II ini diciptakan oleh 300.000
(tiga ratus ribu) orang ahli USA dan dibuat oleh 20.000 pabrik USA.
Tentang penjelajahan di bumi
Allah berfirman dalam surat Yusuf ayat
109:
Apakah mereka tidak
melakukan perjalanan di bumi.
Apakah
mereka tidak memperhatikan bumi? Berapa banyak Kami turunkan di bumi itu aneka
ragam tumbuhan yang baik? (QS. as-Syu'ara (26):7)
Semuanya itu jika manusia
melakukannya, maka akan memperoleh balasan berupa kemanfaatan-kemanfaatan untuk
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Al-Quran Merupakan Ujud Simplikasi (Penyederhanaan)
Para ilmuwan bidang sains
telah sadar dan paham benar bahwa alam semesta ini membentuk struktur yang sangat
teratur, dan bergerak dengan teratur. Keteraturan gerak alam semesta ini akan
lebih memudahkan manusia untuk menyederhanakan fenomena-fenomena yang terkait dengannya
ke dalam bahasa ilmu pengetahuan (matematika, fisika, kimia, biologi dan
lain-lain). Dengan demikian sesungguhnya manusia telah membuat operator yang sederhana
namun mampu mewakili peristiwa yang terjadi di alam semesta.
Jika dikatakan bahwa dunia
sekarang ini bertambah semrawut, ini sangat boleh jadi karena pandangan manusia
tentang dunia ini mengalami bias, sehingga manusia dengan kegiatannya
dimaksudkan untuk lebih menata dunia tetapi yang terjadi, malah menambah
kesemrawutan dunia. Oleh sebab itu orang Islam dalam memasuki era globalisasi,
tak perlu terkejut, hilang kontrol dan tidak siap, karena dengan modal selalu
berusaha menyederhanakan persoalan, tidak mempersulit persoalan, maka akan
mudah memperoleh penyelesaian. Demikian pula dengan upaya untuk meraih teknologi
tinggi (high tech) juga tidak perlu
merasa tidak mampu, insya Allah. Dengan semangat tinggi dan tidak menganggap bahwa
high tech merupakan sesuatu yang mustahil
untuk dicapai, maka high tech akan
dapat diraih. Konsep penyederhanaan
persoalan juga akan memberikan rumusan bahwa semua benda di alam ini berasal
dari zat yang paling “sederhana” yaitu al-Ahad akan kembali kepada al-Ahad.
Inilah jaminan bahwa siapapun orang yang meriset alam semesta dengan mengikuti rumusan
al-Quran, maka akan memiliki tauhid yang tinggi.
Contoh lain penyederhanaan
tentang kehidupan dunia adalah bahwa secara umum sifat kehidupan dunia kita ini
digambarkan jelas dan tepat sekali oleh Allah sendiri dalam firmanNya dalam
surat Yunus ayat 24:
Bahwasanya
perumpamaan kehidupan dunia itu adalah seperti air hujan yang Kami turunkan
dari langit, lalu bercampur dengan tumbuh-tumbuhan bumi sehingga berkembang
subur, diantaranya ada yang dimakan manusia atau binatang ternak. Hingga
apabila bumi telah sempurna keindahannya dan memakai pula perhiasannya, dan
penduduknya mengira, bahwa mereka telah menguasainya, tiba-tiba datanglah
kepadanya azab kami pada waktu malam atau siang, lalu kami jadikan bumi itu
seperti ladang padi yang sudah dituai, seakan-akan belum pernah ada yang tumbuh
kemarinnya. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami bagi
orang-orang yang sungguh-sungguh berpikir.
Al-Quran Sebagai Sumber Etika Pengembangan Saintek
Pada Teknologi harus
terkandung muatan etika yang selalu menyertai hasil teknologi pada saat akan
diterapkan. Sungguhpun hebat hasil teknologi, namun jika diniatkan untuk
menghancurkan sesama manusia, menghancurkan lingkungan, maka sangat dilarang di
dalam Islam. Jadi teknologi bukan merupakan sesuatu yang bebas nilai. Demikian
pula penyalahgunaan teknologi merupakan tindakan zhalim yang tidak patut untuk
dilanjutkan. Oleh sebab itu teknologi harus dapat dimanfaatkan baik langsung ataupun
tak langsung untuk membantu mendapatkan kemudahan, amar ma'ruf nahi munkar. Dan
bukan untuk merusak, sehingga menimbulkan bencana, sebagaimana firman-Nya dalam
surat al-Qoshosh: 77.
Dan raihlah apa
yang dianugrahhan Allah kepadamu untuk kebahagiaan kampung akhirat, tetapi jangan sekali-kali kamu mengabaikan
nasibmu di dunia. Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.
Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak
suka kepada orang yang berbuat kerusakan.
Fungsi Al-Quran Sebagai Sumber Kebenaran llmiah
Allah berfirman dalam al-Quran surat al-Isra’ (17)
ayat 105 sebagai berikut:
Dan Kami turunkan
al-Quran itu dengan sebenar-benarnya dan aI-Quran itu telah dengan membawa kebenaran.
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan.
Dan sungguh kami telah
satu kitab (al-Quran) kepada mereka yang kami telah mejelaskannya atas dasar
ilmu kami , menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. al-A’raaf
(7): 52).
Dari dua ayat terakhir yang
penulis sampaikan di atas dapat ditarik satu kesimpulan yang sangat penting,
yaitu bahwa al-Quran itu bagi kita adalah sumber kebenaran ilmiah yang
terpercaya dan sempurna.
Berbicara tentang sumber
kebenaran ilmiah, maka untuk melengkapinya dengan hal-hal yang lebih detail,
orang harus menggunakan sumber/ rujukan yang kedua yaitu Hadits Nabi Muhammad
SAW. atau as-Sunnah. Adapun as-Sunnah ini tentunya wahyu ilahi juga tetapi
susunan redaksinya berasal dari Nabi SAW. sendiri. Susunan atau Hadits yang
sahih itu juga merupakan sumber kebenaran ilmiah yang dijamin oleh firman Allah
dalam surat Fathir ayat (35) ayat 24:
Sesungguhnya Kami
mengutus kamu dengan membawa kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan sebagai pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan.
Sumber kebenaran ilmiah yang
pertama adalah al-Quran, dan yang kedua yaitu as-Sunnah. Namun harus diingat
pula bahwa masih ada sumber yang ketiga yaitu alam semesta, atau al-‘Alamin,
atau dengan kata yang lebih pendek dan lebih mudah diucapkan, sebut saja
al-Kaun atau Sunnatullah. Sumber kebenaran ilmiah yang ketiga ini tentunya tidak
kalah pentingnya dengan yang pertama dan yang kedua sehingga tidak boleh
diabaikan bahkan harus dipelajari, ditafakkurkan, diobservasi, dan diteliti
serta dinalari cermat, akurat dan seksama sebagaimana pula sikap kita terhadap al-Quran dan as-Sunnah. Al-Kaun
sebagai sumber ketiga akan memberikan kelengkapan yang detail bagi pemahaman
dan penafsiran al-Quran dan as-Sunnah. Jaminan Allah bagi keshahihan sumber
yang ketiga atau al-Kaum terdapat pula dalam al-Quran itu sendiri yaitu firman
Allah dalam surat ad-Dukhan (44) ayat 38 dan 39:
Dan Kami tidak menciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada diantaranya dengan bermain-main. Kami tidak
menciptakan keduanya itu melainkan. Dengan membawa kebenaran (dan tujuan yang
benar), tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Ketiga sumber motivator
ummat Islam yaitu al-Quran, as-Sunnah dan Sunnatullah/ al-Kaun (alam semesta
atau al-'Alamin) yang bersifat komplementer atau saling melengkapi dan saling
menguatkan satu sama lain. Tiga sumber kebenaran ilmiah, atau tiga sumber Islam
itu berarti pula sebagai sumber informasi ilmu dan hukum yang lengkap dan
benar.
Ketahuilah bahwa Islam
adalah agama Allah yang serba benar dan serba ilmiah sehingga selayaknya pula
tidak dogmatik. Dogma itu adalah pendapat manusia yang tidak berpijak pada
tanda bukti kebenaran, jadi tanpa burhan atau hujjah yang haq. Islam/ al-Quran
menolak dogma dan menyatakan bahwa tidak ada dogma dalam agama Alah seperti
firman-Nya dalam surat al-Baqarah (2) ayat 256:
Tidak ada dogma
(paksaan) dalam agama (Islam) ini, sesungguhnya telah jelas berbeda petunjuk
yang benar daripada yang sesat.
Allah al-Haqqu mewajibkan
kepada kita semua agar setiap butir kebenaran yang kita peroleh itu disertai
dengan tanda bukti kebenarannya. Tanda bukti kebenaran itu dalam al-Quran
disebutkan burhan, atau hujjah , atau ayat, atau bayyinah. Kadang-kadang
disebutkan dalil dalam bahasa sehari-hari di kalangan para ulama, Allah
berfirman dalam surah An Naml (27) ayat 64:
Tunjukkanlah
burhanmu, jika kamu memang benar
Supaya burhan itu terjamin
kebenarannya maka hendaknya diambil dari tiga sumber Islam tersebut dengan
menggunakan akal sehat yang terlatih dan ahli. Dengan demikian maka kita akan
mengenal tiga macam burhan, yaitu Qurani, Burhan Sunnai dan Burhan Kauni.
Segala bidang ilmu yang
dipelajari manusia, yang biasanya dibagi menjadi empat kelompok besar yaitu
syariat agama (lslam), sains, teknologi, dan seni (art), hendaknya ditegakkan
atas tiga macam burhan itu, jika ingin terjamin kebenarannya. Dengan demikian
maka empat kelompok ilmu itu akan terlihat menyatu dan terpadu menjadi satu kesatuan
ilmu yang benar dan utuh (lengkap), katakanlah menjadi integrated knowledge atau ilmu terpadu yang sangat diperlukan oleh
seluruh umat manusia. Seluruh ilmu manusia itu akan menjadi Islami dan itulah
ilmu yang benar, yang akan membantu menjawab dan menyelesaikan setiap
masalah-masalah berikutnya dalam usaha manusia untuk meningkatkan kualitas
hidupnya pasti dapat dipecahkan secara sukses dengan menggunakan metode pendekatan
terpadu, yaitu aplikasi dari ilmu terpadu itu. Konsepsi tersebut kami yakin
sangat penting dan bersifat fundamental karena akan membuahkan kesenangan
pikiran (Unifornity of Thaught) dalam
diri kita umat yang beriman ini. Dengan konsepsi pengetahuan terpadu itu,
secara otomatis ide sekularisasi akan tertutup rapat-rapat sehingga tidak ada jalan untuk masuk ke dalam
alam pikiran ummat Islam. Tidak hanya itu, yang lebih penting bagi kita adalah bahwa
kita memiliki identitas kita yang sangat mengagungkan yaitu celupan Allah (shibghatullah) seperti firman Allah
dalam surat al-Baqarah (2) ayat 138:
Shibghah (celupan)
Allah, dan siapakah yang lebih baih celupannya daripada celupan Allah? Dan hanya
kepada-Nya kami menyembah.
Penutup
Upaya untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbasis al-Quran merupakan tantangan yang
cukup berat sekaligus menarik untuk ditekuni al-Quran telah memberikan prinsip
utama untuk meriset alam semesta, memberikan motivasi kepada manusia untuk
melakukan riset, memberikan kode etik teknologi dan bahkan memberikan peluang
yang sangat besar untuk melakukan loncatan teknologi. Seharusnya pekerjaan yang
demikian ini merupakan pekerjaan yang sangat menarik karena selain dijanjikan kesuksesan
di dunia juga kesuksesan di akhirat dan surgalah sebagai balasannya.
Rangkuman
Ilmu pengetahuan atau sains
adalah ilmu pengetahuan kealaman (natural
sciences). lmu pengetahuan kealaman dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu: Life
Sciences ilmu pengetahuan mengenai makhluk hidup di alam dan Physical Sciences ilmu
pengetahuan mengenai suatu benda mati di alam.
Teknologi adalah ilmu
pengetahuan tentang penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi suatu tujuan.
Obyek ilmu pengetahuan
adalah semua makhluk Allah di alam semesta ini. OIeh karenanya obyek ilmu
pengetahuan sangat luas seluas jumlah makhluk Allah.
Al-Quran merupakan produk
karya Allah yang diwahyukan untuk menuntun manusia dalam segala karyanya
termasuk dalam proses karya ilmiah agar memperoleh hasil yang benar yang sesuai
akal dan naql.
Dengan demikian al-Quran
sebagai sumber ajaran Islam yang pertama dan utama dalam kaitannya dengan saintek
berfungsi sebagai berikut:
1.
Sebagai
landasan filosofi dalam ber-Saintek.
2.
Sebagai
Prediktor terhadap kejadian di masa mendatang
3.
Sebagai
sumber motivasi.
4.
Merupakan ujud
Simplikasi (penyederhanaan) makhluk Allah dan seluruh perubahannya di alam raya
ini.
5.
Sebagai
sumber etika pengembangan Saintek.
6.
Sebagai
sumber kebenaran ilmiah.
thank`s article yg sngat menarik memberi ilmu pengetahuan lebih...
BalasHapus