Minggu, 16 Maret 2014

Menulis Dan Peradaban

Tulisan merupakan refleksi eksistensi manusia dalam dunia. Melalui tulisan, manusia beralih dari zaman prasejarah menuju sejarah. Peradaban berkembang semakin cepat karena huruf-huruf yang tergores mulai dari dinding, daun, kertas, sampai yang tersimpan secara digital. Dengan tulisan, masa lalu dapat dipelajari sehingga bisa diperbaiki.
Peradaban modern telah mensyaratkan manusia untuk menulis. Menulis menjadi pekerjaan sehari-hari. Sejak berusia muda, manusia sudah harus mulai mengenal huruf, angka, dan beberapa tanda baca yang melengkapi keduanya. Semakin maju peradaban, tulisan menjadi semakin penting.
Melalui tulisan, manusia menuangkan pemikiran. Pemikiran yang tercatat tersebut merupakan modal pengetahuan bagi khalayak. Selanjutnya, masyarakat dapat memilih untuk menyetujui atau menolak pemikiran tersebut. Persetujuan dan penolakan tentunya akan kembali menghasilkan pemikiran baru yang tertuang dalam tulisan. Begitulah seterusnya, tesis bertemu antitesis kemudian berakhir dengan sintesis, yang akhirnya kembali menjadi tesis dan bertemu antitesis. Dan demikianlah, pemikiran menjadi semakin berkembang. Alhasil, peradaban pun berkembang, melalui tulisan. Yang pada akhirnya, manusia itu sendiri yang mendapat manfaat dari perkembangan peradaban.
Sebagai contoh dari teori di atas, mari kita melihat bagaimana teori evolusi berkembang. Penyebaran teori tersebut tak lepas dari pemikiran Charles Robert Darwin. Meskipun bukan perintis awal, tetapi berkat Darwin, teori evolusi dapat dikenal khalayak luas. Darwin menuangkan pemikirannya dalam buku berjudul The Origin of Species (Asal Usul Spesies) pada 1859.
Banyak orang menerima pemikiran Darwin. Teori tersebut pun diperkenalkan secara terus menerus hingga masa kini. Bahkan, teori evolusi milik Darwin telah masuk dalam kurikulum pendidikan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pemikiran Darwin yang tertuang dalam tulisan telah berbuah menjadi pengetahuan bagi khalayak.
Walaupun begitu, penolakan terhadap teori evolusi milik Darwin juga mengemuka. Beberapa pakar menemukan kejanggalan penjelasan Darwin dalam tulisannya. Mereka menganggap penjelasan tersebut tak terjelaskan karena tidak memiliki dasar ilmiah. Darwin mungkin memiliki pemikiran salah dalam teori evolusi yang disampaikan. Tetapi, menurut penulis, Darwin telah berjasa dalam peradaban. Karena, ia berani menuliskan pemikirannya. Sehingga, orang lain bisa melakukan perbaikan kesalahan yang ia lakukan, kalau memang benar pemikiran yang dituangkan Darwin salah. Peradaban pun dapat semakin maju karena tulisan Darwin.
Beda Waktu
Seperti dikatakan sebelumnya, tulisan merupakan batas peralihan zaman prasejarah menuju sejarah. Akibat tulisan yang ditinggalkan, jejak peradaban masa lampau mampu ditemukan. Tetapi, peralihan zaman tidak berjalan seiringan pada semua bangsa. Hal itu karena, setiap bangsa memiliki waktu yang berbeda untuk mampu menghasilkan tulisan sebagai pondasi peradaban. Misal saja, peradaban Mesopotamia (3500 SM), Mesir kuno (3150 SM), ataupun Inca (1200 M).
Dari peradaban masa lampau, peradaban modern belajar dan berkembang. Tetapi tetap saja, setiap bangsa masih memiliki tingkat peradaban berbeda dalam waktu yang sama. Ambil contoh, bangsa Jepang pada pertengahan abad 20. Peradaban Jepang waktu itu mampu unggul lebih jauh dibandingkan bangsa lain di Asia. Walaupun sayangnya, keunggulan peradaban Jepang saat itu digunakan untuk menguasai bangsa lain di Asia.
Perbedaan tingkat peradaban di antara setiap bangsa ternyata terus berlanjut sampai saat ini. Kawasan Eropa dan Amerika Utara (atau lazim disebut kawasan negara-negara barat) mayoritas berisikan negara-negara maju. Sementara, kawasan lain masih tertinggal satu dan bahkan beberapa langkah. Meskipun, hal itu tidak serta merta berlaku secara keseluruhan. Beberapa bangsa di kawasan lain ternyata ada juga yang telah mampu menyamai keunggulan negara-negara barat. Sebut saja, Jepang dan Cina di Asia.
Untuk mencapai keberhasilan peradaban, kedua negara itu mengutamakan pengembangan pengetahuan, yang tak lepas dari dunia pendidikan. Dengan dasar pendidikan berkualitas yang ditanamkan sejak dini, pengetahuan berkembang mengikuti budaya membaca dan menulis. Alhasil, peradaban pun mengalami peningkatan. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Pengetahuan Rendah
Pengembangan pengetahuan di Indonesia belum mampu mencapai titik optimal. Kondisi itu terjadi karena upaya menuju hal tersebut belum menjadi sesuatu yang popular. Salah satu faktornya, masyarakat Indonesia masih senang dengan budaya lisan.
Budaya lisan sebenarnya bisa menjadi pendukung budaya tulisan yang mencatatkan pengetahuan. Apabila, budaya lisan dilakukan dalam diskusi ilmiah membahas pengetahuan itu sendiri, baik secara formal maupun informal. Pada kenyataannya, jumlah diskusi ilmiah yang terselenggara masih sangat sedikit.
Untuk mudahnya, mari melihat perilaku mayoritas sekitar lingkungan kita. Salah satu kelompok yang ‘sangat akrab’ dengan budaya lisan adalah ibu rumah tangga. Kelompok ini telah mendapatkan stigma yang kental dengan ngerumpi saat saling tak sengaja bertemu. Entah ketika membeli sayuran di pedagang keliling atau tak sengaja berpapasan. Kalaupun mau terjadwal, maka dibuatlah arisan. Isinya tetap saja rumpian yang lebih banyak membicarakan perilaku orang lain atau gosip artis di televisi.
Perilaku tersebut ternyata menular kepada generasi penerus. Mudah sekali untuk melihat, beberapa anak muda bergerombol di kafe atau mal. Bahkan, beberapa di antaranya melakukan hal itu dengan sengaja membolos sekolah. Hanya untuk ngerumpi.
Kondisi budaya lisan tersebut semakin diperparah dengan budaya menonton. Sekadar melepas lelah, menonton mungkin berguna untuk merelaksasi otak. Realitasnya, program acara tersebut telah ‘memaksa’ masyarakat untuk duduk di depan televisi selama berjam-jam. Padahal, mayoritas sajian program acara yang ditampilkan televisi tak lepas dari gosip, sinetron, musik, dan komedi situasi, yang tidak banyak memberikan pengetahuan. Budaya lisan dan menonton menjadikan masyarakat terlena dengan kemudahan perilaku. Hal itu, disadari atau tidak, menghasilkan sikap malas berpikir.
Imbas dari sikap malas berpikir berimplikasi pada rendahnya budaya membaca. Padahal, membaca merupakan landasan dasar untuk bisa menulis. Semakin minim kegiatan membaca bisa dipastikan semakin sedikit tulisan yang dihasilkan. Salah satu indikasi yang dapat dilihat adalah jumlah penerbitan buku.
Jumlah terbitan buku di Indonesia tergolong rendah, tidak sampai 18 ribu judul buku per tahun. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan Jepang yang mencapai 40 ribu judul buku per tahun, India sebanyak 60 ribu judul buku per tahun, dan Cina sekitar 140 ribu judul buku per tahun (Kompas, 25/6/2012).
Dari sisi tulisan ilmiah, kondisinya pun serupa. Berdasarkan data Scimagojr, Journal, and Country Rank 2011, Indonesia berada di ranking 65 dengan jumlah 12.871 publikasi. Posisi Indonesia di bawah Kenya dengan 12.884 publikasi. Berada di peringkat pertama, Amerika Serikat dengan 5.285.514 publikasi. Bahkan, Singapura yang negerinya kecil saja ada di posisi 32 dengan 108.522 publikasi (okezone.com, 21/2/2012).
Perbaikan Sistem Pendidikan
Usaha perbaikan sistem pendidikan Indonesia telah mulai dilakukan dengan penyediaan alokasi anggaran yang mencukupi. Sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pengalokasikan anggaran untuk pendidikan minimal 20 persen dari APBN dan APBD.
Alokasi anggaran yang mencukupi memang menjadi salah satu faktor penting untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Walaupun begitu, anggaran tidak menjadi satu-satunya faktor peningkatan kualitas pendidikan. Faktor lain yang cukup penting adalah pengaturan kurikulum pendidikan.
Pelajaran menulis merupakan bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pelajaran ini adalah pelajaran paling awal yang telah diberikan sejak pendidikan dasar. Pertama kali masuk sekolah, seorang anak akan diajarkan cara membaca, berikutnya menulis. Tidak berhenti pada pendidikan dasar, pelajaran menulis terus diajarkan secara kontinu sampai pendidikan menengah bahkan perguruan tinggi. Mata pelajaran Bahasa Indonesia tetap ada pada setiap tingkat pendidikan.
Pertanyaannya adalah, apakah pelajaran menulis berhasil diserap? Apabila merujuk pada minimnya jumlah penerbitan buku dan sedikitnya jumlah publikasi ilmiah, dapat dikatakan, pelajaran menulis yang diberikan dalam pendidikan formal gagal. Tidak seluruhnya, tetapi sebagian besar.
Lalu, apa persoalannya? Menurut penulis, penyebabnya tak lebih karena kurikulum pelajaran Bahasa Indonesia masih mengutamakan pemberian teori. Teori memang penting sebagai dasar menulis. Tetapi, hal terpenting untuk bisa menulis adalah praktik. Sudah banyak pakar yang mengatakan, untuk bisa menulis, hal yang harus dilakukan hanya berlatih, berlatih, dan berlatih. Untuk itu, pengaturan kembali persentase antara pemberian teori dan praktik harus menjadi tinjauan utama, yang akan menjadi dasar kurikulum pendidikan. Berikan teori secukupnya, selebihnya, berikan kesempatan kepada anak didik untuk berlatih, berlatih, dan berlatih.
Jika seorang anak telah terbiasa untuk menulis sedari kecil, itu akan menjadi bibit perilaku positif ketika dewasa. Kebiasaan pada saatnya akan menjadi budaya apabila dilaksanakan secara terus menerus. Pendidikan formal memiliki peran sangat besar. Meskipun banyak pihak menganggap keluarga merupakan institusi terdekat yang banyak memberikan pengaruh, nyatanya masih banyak orangtua yang memercayakan perubahan perilaku anak dalam institusi pendidikan formal.
Perubahan sebaiknya harus segera dimulai untuk membangun peradaban. Dengan menunjukkan eksistensi melalui hasil tulisan dari hasil penuangan pemikiran. Menulis tidak mengenal profesi. Apapun profesi seseorang, dia akan memiliki keunggulan apabila memiliki kemampuan menulis. Seperti halnya Darwin yang merupakan seorang naturalis. Meskipun banyak naturalis di dunia, tetapi Darwin mampu lebih unggul karena mampu menuangkan pemikirannya dalam tulisan. Mari bangun peradaban dengan mulai menulis.

Minggu, 06 Oktober 2013

Merubah Pikiran Rakyat Sekaligus Pemimpin


Merubah Pikiran Rakyat Sekaligus Pemimpin
By BiQi Pen
            Kita memiliki sosok atau watak seorang pemimpin. Kita adalah warga dan warga adalah kita. Tahu apa maksudnya? Tentu kita ini hidup dibawah naungan atau panji kekuasaan pemerintah. Pemerintah sebagai payung hukum yang melindungi kita dari bahaya pelanggaran hukum mestinya memperhatikan dan tak acuh terhadap warganya. Ibarat kita adalah anaknya dan pemerintah adalah orang tuanya. Pemerintah yang memberi dan pemerintah yang mengayomi. Toh ternyata sebagai orang tua meminta uang kepada anaknya, mengapa? Seharusnya sebagai orang tua memberikan uang dan fasilitas lengkap kepada anaknya untuk masa depannya bukan sebaliknya malah meminta kepada anaknya. Ibarat pemerintah yang terus menerus memeras uang rakyat tanpa henti melalui anggaran atau pajak semacamnya dengan legalitas pelanggaran praktek kerja.
            Pemerintah diatas kita, memang kita akui mereka unggul dengan bawahannya, tapi apakah anda tahu jikalau pemerintah tidak bisa mengurusi rakyatnya maka apa dikata, rusaklah moral negeri ini hingga merambat kepada rakyat yang tidak tahu-menahu akan ilmu hukum serta sosialisme tinggi. Melaratlah yang ada dan itu sarana sosialisme pemerintah terhadap warganya jikalau demikian yang diperbuat.
            Dalam hal ini diperlukan konteks disiplin dan nasionalisme tinggi. Nasionalisme janganlah dipisahkan dengan agama akan tetapi kedua konsep itu haruslah menyatu dan saling bahu membahu jangan sampai satu konsep yang berjalan. Pikiran pemerintah harulah riil terhadap masyarakat jangan sampai masyarakat di abaikan dengan terus menerus melegalitaskan praktek korupsi dan sebagainya. Hingga akhirnya dana yang seharusnya i kucurkan kepada warga negara tidak tersampaikan malah merugikan APBN dan lain sebagainya.
            Para pemimpin kami mohon, engkaulah kepala kami, engkaulah ketua dalam ajang memegang amanat berat ini, engkaulah yang diberikan kepercayaan oleh masyarakatmu, jangan sampai engkau khianati kami, sudah banyak kebohongan publik yang telah engkau sampaikan melalui media elektronik atau massa dan itu semua tentunya menyakiti hati kami selaku rakyat. Satu identitas untuk mengubah pikiran pemimpin atau pemerintah adalah mengubah paradigma kepribadian. Agamis jangan dikata-katai belaka, janji selalu tak ditepati dan hak rakyat menjadi hak pemerintah begitupun dengan kewajiban menjadi bertolak belakang dan diraup semuanya.
            Sebaliknya dengan rakyat atau warga berdo’alah jikalau pemimpin kita diberi kepercayaan namun belum mampu merealisasikannya, maka jatuhkanlah ia dengan do’a, sebaliknya jikalau ia benar-benar menjalankan amanat dari tuhan untuk rakyat, maka do’akanlah ia dengan hati yang tulus dan ikhlas jadikanlah ia sosok pemimpin yang senantiasa membangun jalannya roda pemerintahan ataupun mereka yang berada dibawah kekuasaanya sebagai menteri dan sebagainya, jadikanlah ia figur atau watak yang agamis untuk warganya, jangan omongan kosong belaka.   

Contoh Lamaran Kerja Bhs Inggris


Contoh ke 1.
Tangerang, November 2, 2012
Attention To:
Mr. Imantoro
Human Resources Department
PT. Persada Bumida Terpadu
Jl. Raya Sukamaju No. 11
Tangerang

Dear Sir,
On this good opportunity, I would like to apply as a Instrumentation and Control System Engineer in your company. My name is Dias Farhan, 22 years old, male, single, energetic and healthy. I am a Control System Engineer and graduated from Suryadarma University (UNSURYA) on May 2007 with GPA 3.78. I would like to have career to expand my experience.
My personality as a hard worker and fast learner type of person would bring benefit to your company. I will be very appreciated if you could give in opportunity to work in your company.
Herewith I enclose my curriculum vitae, which will give details of my qualification.
I hope my qualifications and experience merit your consideration and look forward to your reply.

Sincerely yours,



Dino Saputra
Phone : 021 - 57xxxxx
Jl. Melati No.23
Tangerang - 15712
Contoh ke 2.
Bogor, November 2, 2012
Attention To:
Human Resources Department
Yayasan KPT
Jl. Raya Bumi Sentoda No. 5
Cibinong

Dear Sir/Madam,
Having known about a vacancy advertised on Kompas, November 28, 2012, I am interested in the position of Account Executive (AE).
I am a 26 year old male, graduated from a reputable university, having skill in English, both written and oral and also operating computer. I am a hard worker, able to work in individual and in team.
I would gladly welcome an opportunity to have an interview with you at your convenience. I hope my skills can be one of your company's assest. I am looking forward to hearing from you in the near future. Thank you for your consideration and attention.

Sincerely yours,



Tikno Aldy Putra

Enclosures :
- copy of ID Card
- copy of Final Certificate
- photo
- Curriculum Vitae
Contoh ke 3.
Jakarta, November 2, 2012
Attention To:
Sukarmadi
Resources Manager
PT. Gilang Persada Bumi
Jl. Cendrawasih No. 45
Jakarta Pusat


Dear Mr. Sukarmadi,
I wish to apply for the position of Accounting Staff that was advertised on Tempo, November 28, 2012.
I have over one year experience as an Accounting with PT. Rizky Finance and have experience of a wide variety of pattern techniques. My computer skills are very good, and I have an excellent record as a reliable, productive employee.
I am looking for new challenges and the posistion of Accounting Staff sounds the perfect opportunity. Your organisation has an enviable record innovation in investor financial cosultant, and an excellent reputation as an employer, making the position even more attractive.
I enclose my CV for your inspection and look forward to hearing from you soon. I am available for interview at your convenience

Sincerely yours,



Meliana Astuty

http://lowongankerjamaret-2013.blogspot.com/2013/02/lowongan-kerja-bandung-maret-2013.html

Belajar Tajwid Praktis


“Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (Tartil)”. QS. Al-Muzzamil : 4
نْ ًٌ
ٍ
 

                                                                                                                                                              

                                                                                                                      
إِظْهَارْI.
      IDZHAR  (Idzhar Halqi) ialah : NUN MATI atau TANWIN dibaca terang/jelas/tegas/zhahir, berbunyi “N” dengan tidak memakai ghunnah. huruf-hurufnya :
ا ه ح خ ع غ
Dikumpulkan menjadi : إِغْحْ خَعَهْ
Contoh :اِنْ هُوَ


إِدْغَامْ II.  
IDGHAM yaitu : bunyi NUN MATI atau TANWIN dilebur, dan dimasukkan kedalam suatu huruf idgham yang 6 yaitu :
ي ر م ل و ن
Dikumpulkan menjadi : يَرْمَلُوْنَ

Idgham ada 2 macam yaitu :
1.    إِدْغَامْ بِغُنَّهْ
        IDGHAM BIGHUNNAH yaitu : Idgham yang memakai ghunnah (dengung kehidung) hurufnya ada 4 buah :
ي ن م و
Dikumpulkan menjadi : يَنْمُوْ
Contoh :لَنْ نَدْعُوَا

2.    إِدْغَامْ بِلَاغُنَّهْ
        IDGHAM BILAGHUNNAH ialah : Idgham yang tidak memakai dengung ke hidung. Hurufnya ada 2, yaitu : ل ر
Contoh :هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ
III. إِخْفَاءْ
        IKHFA ialah : menyembunyikan/menyamarkan bunyi NUN MATI atau TANWIN, dibaca antara “N” dengan bunyi huruf yang ada dihadapannya. Tetapi pada umunya berbunyi “NG”
Hurufnya ada 15 yaitu :
 ت ث د ذ س ش ص ض ط ظ ف ق ج ز ك
Dikumpulkan menjadi : دُمْ طَيِّبًا زِدْ فِى تُقًى ضَعْ ظَالِماً    
Contoh :  عِنْدَاللهِ

IV. إِقْلَابْ
IQLAB ialah : bila NUN MATI atau TANWIN menghadapi ب berubah bunyinyab menjadi “M”.
Contoh : مِنْ بَعْدِ

حكم "م"
اِدْغَامْ مُتَمَاثِلَيْنِ1.
Yaitu bila مْ  bertemu dengan م
 لَهُمْ مَثَلاً Contoh :
اِخْفَاءْ شَفَوِىْ2.
Yaitu bila مْ bertemu dengan  ب
Contoh : كَلْبُهُمْ بَاسِطٌ
اِظْهَارْ3.
Yaitu bila مْ bertemu dengan sesuatu huruf hijaiyyah selain مْ dan ب
Contoh : هُمْ خَيْرٌ
اِظْهَارْ شَفَوِىْ4.
Yaitu bila مْ bertemu dengan ف atau و hukumnya idzhar syafawi (Idzhar yang sangat). Contoh :
وَهُمْ فِيْهَا- رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ