Merubah
Pikiran Rakyat Sekaligus Pemimpin
By
BiQi Pen
Kita memiliki sosok atau watak seorang pemimpin. Kita
adalah warga dan warga adalah kita. Tahu apa maksudnya? Tentu kita ini hidup
dibawah naungan atau panji kekuasaan pemerintah. Pemerintah sebagai payung
hukum yang melindungi kita dari bahaya pelanggaran hukum mestinya memperhatikan
dan tak acuh terhadap warganya. Ibarat kita adalah anaknya dan pemerintah
adalah orang tuanya. Pemerintah yang memberi dan pemerintah yang mengayomi. Toh
ternyata sebagai orang tua meminta uang kepada anaknya, mengapa? Seharusnya
sebagai orang tua memberikan uang dan fasilitas lengkap kepada anaknya untuk
masa depannya bukan sebaliknya malah meminta kepada anaknya. Ibarat pemerintah
yang terus menerus memeras uang rakyat tanpa henti melalui anggaran atau pajak
semacamnya dengan legalitas pelanggaran praktek kerja.
Pemerintah diatas kita, memang kita akui mereka unggul
dengan bawahannya, tapi apakah anda tahu jikalau pemerintah tidak bisa
mengurusi rakyatnya maka apa dikata, rusaklah moral negeri ini hingga merambat
kepada rakyat yang tidak tahu-menahu akan ilmu hukum serta sosialisme tinggi.
Melaratlah yang ada dan itu sarana sosialisme pemerintah terhadap warganya
jikalau demikian yang diperbuat.
Dalam hal ini diperlukan konteks disiplin dan
nasionalisme tinggi. Nasionalisme janganlah dipisahkan dengan agama akan tetapi
kedua konsep itu haruslah menyatu dan saling bahu membahu jangan sampai satu
konsep yang berjalan. Pikiran pemerintah harulah riil terhadap masyarakat jangan
sampai masyarakat di abaikan dengan terus menerus melegalitaskan praktek
korupsi dan sebagainya. Hingga akhirnya dana yang seharusnya i kucurkan kepada
warga negara tidak tersampaikan malah merugikan APBN dan lain sebagainya.
Para pemimpin kami mohon, engkaulah kepala kami,
engkaulah ketua dalam ajang memegang amanat berat ini, engkaulah yang diberikan
kepercayaan oleh masyarakatmu, jangan sampai engkau khianati kami, sudah banyak
kebohongan publik yang telah engkau sampaikan melalui media elektronik atau
massa dan itu semua tentunya menyakiti hati kami selaku rakyat. Satu identitas
untuk mengubah pikiran pemimpin atau pemerintah adalah mengubah paradigma
kepribadian. Agamis jangan dikata-katai belaka, janji selalu tak ditepati dan
hak rakyat menjadi hak pemerintah begitupun dengan kewajiban menjadi bertolak
belakang dan diraup semuanya.
Sebaliknya dengan rakyat atau warga berdo’alah jikalau
pemimpin kita diberi kepercayaan namun belum mampu merealisasikannya, maka
jatuhkanlah ia dengan do’a, sebaliknya jikalau ia benar-benar menjalankan
amanat dari tuhan untuk rakyat, maka do’akanlah ia dengan hati yang tulus dan
ikhlas jadikanlah ia sosok pemimpin yang senantiasa membangun jalannya roda
pemerintahan ataupun mereka yang berada dibawah kekuasaanya sebagai menteri dan
sebagainya, jadikanlah ia figur atau watak yang agamis untuk warganya, jangan
omongan kosong belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
I just learn to be great